Header Ads

Ramai-ramai Warga Tolak Rizieq Shihab di Sejumlah Daerah

 

Masyarakat menolak kedatangan Rizieq yang berencana menggelar safari dakwah di sejumlah daerah setelah kepulangannya dari Arab Saudi pada Selasa (10/11) lalu.

Mereka yang mengaku tergabung dalam sejumlah organisasi masyarakat sipil, mulai melakukan aksi penolakan. Aksi tersebut bahkan kerap diwarnai kericuhan, hingga ancaman menutup objek vital di daerah.

Di Bandung, Jawa Barat, massa yang mengatasnamakan diri dari Front Pembela Bangsa menolak kedatangan Rizieq dengan membakar spanduk yang memuat gambar orang nomor satu di FPI itu. Aksi itu dilakukan massa di depan Gedung DPRD Jabar, Senin (23/11) lalu.

Dalam aksinya, Front Pembela Bangsa menyesalkan Rizieq yang dinilai telah menyulut dan membiarkan pelanggaran protokol kesehatan dan kerumunan massa saat kedatangannya di Bandara Soekarno Hatta pada Selasa (10/11). Aksi tersebut juga terekam dalam video yang diunggah akun Instagram @infobandungkota.


"Menolak kedatangan Rizieq Shihab di Kota Bandung karena hanya akan menimbulkan permusuhan, kebencian memecah belah antarsesama umat, serta banyak mudaratnya dibanding manfaat dari kedatangannya," demikian salah satu poin penolakan mereka.


Di Medan, ratusan masyarakat yang tergabung dalam Laskar Front Pembela Pancasila (FPP) menggelar aksi di depan kantor Pemprov Sumatera Utara di Medan, Jumat (20/11). Mereka menolak kedatangan Rizieq yang kabarnya akan turut singgah ke Sumut dalam agenda safari dakwahnya.


Dalam aksi tersebut, mereka menolak Rizieq yang dinilai hanya akan memecah kerukunan masyarakat Sumut yang selama ini telah hidup rukun.


"Kami dengar dia mau datang ke Sumut. Baru saja pulang kok sudah merusuh, melontarkan bahasa tidak senonoh. Kami tolak kehadiran Rizieq karena akan berefek negatif," kata Zulkarnain dari Laskar FPP di Medan.

Selain itu, mereka juga khawatir kedatangan Rizieq justru akan menciptakan klaster baru penularan Covid-19. Dalam aksinya, masyarakat juga sempat membakar ban serta membentangkan spanduk raksasa Rizieq di jalan.

Namun di Kabupaten Deliserdang, Sumut, dua pria dicokok kepolisian saat tengah memasang baliho berisi penolakan terhadap Rizieq. Warga yang melihat aksi pemasangan baliho itu kemudian merekam dan mengunggahnya di media sosial hingga viral.


Saat diinterogasi warga, keduanya mengaku dibayar Rp50 ribu untuk memasang baliho tersebut. Kemudian salah seorang pemasang baliho bernama Reza (17) mengaku disuruh oleh temannya bernama Saddam.


Sedangkan, temannya, bernama Jumaidil (29) mengaku sudah dibayar Rp50 ribu untuk memasang spanduk penolakan Rizieq. Dari 15 spanduk yang akan dipasang, keduanya baru memasang 6 spanduk.


"Kasusnya masih penyelidikan. Jadi dua orang yang diamankan itu diserahkan warga ke polisi. Dari hasil pemeriksaan mereka mengaku disuruh oleh dua orang temannya yang sempat melarikan diri," ujar Kasat Reskrim Polresta Deliserdang, Kompol M Firdaus.

Sementara itu masyarakat yang mengaku berasal dari GP Ansor, Banser, Laskar Pendekar Banten Sejati (Lapbas) dan Peguron Jalak melakukan aksi pada Jumat (20/11) di Alun-alun Barat Kota Serang. Mereka menolak kedatangan Rizieq karena tak ingin mendengar ujaran kebencian.


Meski aksi berjalan damai, polisi menangkap dua orang yang diduga pembuat rusuh. Keduanya diduga berupaya memprovokasi massa dengan membakar spanduk dan ban bekas.


"Tadi ada orang yang sengaja masuk, kemudian dia membakar spanduk dan ban bekas, sehingga mengganggu konsentrasi yang menyampaikan aspirasi," kata Kabag Ops Polres Serang Kota (Serkot) AKP Yudha Hermawan di Serang, Jumat (20/11).


Teranyar aksi penolakan terhadap Rizieq dilakukan oleh ratusan massa yang mengklaim sebagai Aliansi Arek Suroboyo di depan Gedung Negara Grahadi pada Selasa (24/11). Aksi tersebut berujung bentrok dengan puluhan orang simpatisan FPI.


Bentrok bermula saat Aliansi Arek Suroboyo menyampaikan orasi hingga pemasangan spanduk penolakan FPI di Jalan Gubernur Suryo, dan membubarkan diri sekitar pukul 13.00-14.00 waktu setempat.


Belakangan, saat massa hendak membubarkan diri, puluhan orang dari kelompok lain, yang tak mengenakan atribut organisasi, datang dan mencopoti spanduk tersebut. Menurut, salah satu aksi Aliansi Arek Suroboyo, massa tersebut merupakan anggota FPI.


Massa yang tak terima spanduk dicopot, kemudian terlibat aksi saling dorong dan pukul. Beberapa di antaranya terjatuh, salah seorang di antara mereka bahkan tampak berdarah di bagian wajah.


"Lapo spanduk mok copoti iku? (Kenapa spanduknya dilepas?)," teriak massa aksi dari Aliansi Arek Suroboyo.

Korlap Aksi Aliansi Arek Suroboyo, Ahmad Zazuli mengancam akan menutup Bandara Juanda, Surabaya jika Rizieq mengotot tetap singgah di Surabaya. Ia menolak kedatangan Rizieq karena tak ingin kehidupan masyarakat Jatim rusak oleh dakwah bernada provokasi, kebencian, dan kalimat tidak pantas.


Ia juga khawatir, kedatangan Rizieq akan menimbulkan kerumunan massa dan justru akan menciptakan klaster baru penyebaran Covid-19.


"Ketika Rizieq masih bersikukuh mau keliling untuk melakukan roadshow keliling ke daerah di Jatim, maka kami akan memboikot bandara baik di Bandara Juanda Surabaya maupun di Abdulrachman Saleh, Malang," kata Korlap Aksi Aliansi Arek Suroboyo, Ahmad Zazuli di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (24/11).

No comments

Powered by Blogger.