Tangkal Bahaya Radikalisme, IAIN Ponorogo Ajak Mahasiswa Kawal Moderasi Beragama
Ponorogo (beritajatim.com) – Kehidupan beragama di Indonesia tengah berhadapan dengan isu radikalisme. Isu ini menjadi perhatian serius sejumlah pihak lantaran dinilai dapat merusak nilai-nilai luhur agama.
Berangkat dari pandangan itu, IAIN Ponorogo mengajak sivitas akademika, khususnya para mahasiswa untuk bersama mengawal moderasi beragama. Ajakan ini diwwujudkan lewat Muktamar Pemikiran Mahasiswa Nasional I bertema “Peran Mahasiswa Dalam Mengawal Moderasi Beragama di Indonesia” di Graha Watoe Dakon IAIN Ponorogo, Selasa (6/9/2022).
Wakil Rektor III IAIN Ponorogo, Aksin Wijaya, mengungkapkan tantangan mahasiswa di era sekarang sangat beragam. Yang paling kentara adalah aksi radikalisme.
Mahasiswa yang merupakan pemikir, kata Aksin, tentu rentan dipengaruhi paham radikalisme ini. Untuk membentengi itu, moderasi beragama sangat diperlukan untuk disebarluaskan.
“Gerakan Islam di Indonesia ini mulai digoncang oleh isu-isu radikalisme,” kata Wakil Rektor 3 IAIN Ponorogo, Aksin Wijaya, dalam sambutannya, Selasa (6/9/2022).
Mahasiswa sekarang ini, menurut Aksin Wijaya rentan ditunggangi oleh oknum yang sarat kepentingan. Biasanya mereka menyeretnya ke politik praktis yang lebih mengedepankan identitas keagamaan.
“Pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan Pilpres beberapa waktu lalu, masyarakat terpolarisasi oleh identitas agama. Jadi kalangan mahasiswa agar tidak mudah terprovokasi oleh gerakan radikalisme, yakni dengan moderasi beragama,” kata Aksin.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Rumadi Ahmad, menekankan pentingnya penyebarluasan moderasi beragama di Indonesia. Dia menilai tantangan kehidupan beragama ke depan akan semakin ekstrem.
“Moderasi beragama bukan barang baru di Indonesia, tetapi sebagai upaya untuk merawat kehidupan beragama,” kata Rumadi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama beritajatim.com, Ainur Rohim, memaparkan peran strategis mahasiswa dalam menangkal radikalisme dalam perspektif komunikasi. Saat ini, kata dia, media sosial punya peran besar dalam penyebaran informasi namun tanpa dibarengi kontrol.
Menurut Ainur, dari penduduk dunia sekitar 7,6 miliar jiwa. Pengguna HP ada 5,1 miliar, pengguna internet 4,3 miliar, pengguna medsos aktif 3,4 miliar dan pengguna medsos aktif mobile juga hingga 3,2 miliar. Sehingga jumlah ini dangat sekali berdampak di media sosial (medsos).
“Salah satu dampak yang bersifat positif yakni dengan adanya penguatan demokrasi deliberatif. Sementara untuk dampak yang bersifat negatif mulai dari polarisasi politik, the echo chamber effect dan the spiral of silence, doxing, harassment (bully) dan trolling,” kata Ainur.
Karena itu, Ainur menilai medsos perlu dipantau. Sebab, medsos tak ada klarifikasi, verifikasi, dan konfirmasi.
“Sehingga dampak medsos secara sosial, politik, ekonomi dan budaya sangat besar,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Pak Air sapaan akrabnya juga menjelaskan bedanya antara media sosial dengan media massa. Medsos praktis tidak terkendali, sedangkan untuk media massa ada moderatornya.
Di akhir pemaparannya di depan ratusan mahasiswa, Ainur Rohim berpesan untuk bermedia sosial yang baik dan benar. Mahasiswa harus hati-hati, karena dalam media sosial juga ada resiko hukumnya. Ada hukum positif yang bisa menjerat. Kemudian saat bermedia sosial juga harus bersikap kritis dan berpikir skeptis.
“Selalu mempertanyakan kebenaran dari informasi yang ada di media sosial. Jangan dianggap, sesuatu informasi dari media sosial itu pasti benar,” pungkasnya. [end/beq]
Tulis Komentar